Ilmu resep sebenarnya telah ada
dikenal yakni semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini
mulai timbul peradaban dan mulai terjadi penyebaran penyakit yang dilanjutkan
dengan usaha masyarakat untuk melakukan usaha pencegahan terhadap penyakit.
-
Hipotcrates (460-370), adalah dokter Yunani yang
memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Dan Hipocrates disebut Bapak
Ilmu Kedokteran.
-
Dioscorides (abad ke-1 setelah Masehi), adalah
ahli botani Yunani, merupakan orang pertama yang menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai ilmu farmasi terapan. Karyanya De
Materia Medica. Obat-obatan yang dibuatnya yaitu Aspiridium, Opium, Ergot,
Hyosyamus, dan Cinnamon.
-
Galen (130-200 setelah Masehi), adalah dokter
dan ahli farmasi bangsa Yunani. Karyanya dalam ilmu kedokteran dan obat-obatan
yang berasal dari alam, formula, dan sediaan farmasi yaitu Farmasi Galenika.
-
Philipus Aureulus Theopratus Bombatus Van Hohenheim
(1493-1541 setelah Masehi), adalah seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss
yang menyebut dirinya Paracelcus,
sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan farmasi, menyiapkan bahan obat
spesifik dan memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.
Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad
XVII di Perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi yang pertama di
Perancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk
antara lain buku pelajaran, majalah, Farmakope maupun komentar. Kemajuan di
Perancis ini diikuti oleh negara Eropa yang lain, misalnya Italia, Inggris,
Jerman, dll. Di Amerika sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821 di
Philadelphia.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasipun
mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi
saling berkaitan, misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika, dan kimia
farmasi.
Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda,
sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku pada waktu itu
berkiblat pada negeri Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman maupun
undang-undang yang dirasa masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak
sesuai lagi dihilangkan.
Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan
di apotek yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker.
Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam, yaitu: apotek biasa,
apotek darurat, dan apotek dokter.
Dalam melakukan kegiatan di apotek mulai dari mempersiapkan bahan
sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmsi yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal dari
kata “Pharmacon” yang berarti racun/obat dan “pole” yang berarti membuat). Buku
ini memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan,
serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.
Hampir setiap
negara mempunyai buku farmakope sendiri, seperti:
·
Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
·
United State Pharmakope (U.S.P) milik Amerika
·
British Pharmakope (B.P) milik Inggris
·
Nederlands pharmakope milik Belanda
Pada
farmakope-farmakope tersebut ada perbedaan dalam ketentuan, sehingga
menimbulkan kesulitan bila suatu resep dari negara A harus dibuat di negara B.
Oleh karena itu badan dunia dalam bidang kesehatan, WHO(World Health
Organization) menerbitkan buku Farmakope Internasional yang dapat disetujui
oleh semua anggotanya. Tetapi sampai sekarang masing-masing Negara memegang
teguh farmakopenya.
Sebelum Indonesia
mempunyai farmakope, yang berlaku adalah farmakope Belanda. Baru pada tahun
1962 pemerintah RI menerbitkan buku farmakope yang pertama, dan semenjak itu
farmakope Belanda dipakai sebagai referensi saja.
Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan, yaitu:
·
Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit
tanggal 20 Mei 1962
·
Farmakope Indonesia sdisi I jilid II tanggal 20
Mei 1965
·
Formularium Indonesia (FOI) terbit 20 Mei 1966
·
Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
·
Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
·
Formularium Nasional terbit 12 Nopember 1978
·
Farmakope Indonesia III terbit 9 Oktober 1979
·
Farmakope Indonesia IV terbit 19 Desember 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar