Sabtu, 12 Mei 2012

Tragedi Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak


Berbagai laporan mengenai tragedi Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak,yang kini sudah menjadi sorotan  masyarakat internasional,karena diekspos secara besar-besaran oleh media cetak dan elektronika nasional dan internasional. Seiring dengan berbagai laporan tersebut,mulai tersirat bahwa tragedi tersebut memang terjadi karena kecerobohan manusia .
Menurut kantor berita Rusia,Ria  Novosti hari Kamis,tanggal 10 Mei 2012 bahwa Sukhoi Superjet 100 dalam penerbangannya di bajak.Laporan tersebut kemudian dibantah oleh Aleksander Ivanov,Duta Besar Rusia di Jakarta.Namun  pemerintah Rusia menanggapi dengan sangat serius terhadap tragedi yang menimpa Sukhoi Superjet 100,sehingga PM Rusia Dmitry Medvedev membentuk Tim Investigasi dan 2 Tim SAR dengan 2 jet IL 76,2 Helikopter BK 117,yang dianggap Rusia sangat efektif dalam mempercepat proses evakuasi korban  jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak itu
.
Selain itu setelah pembicaran via telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan SBY untuk bekerjasama dalam proses pengevakuasian korban Sukhoi di Gunung Salak itu,Rusia juga akan mengirimkan pesawat jet yang dilengkapi perlengkapan SARnya yang canggih.Dalam dua hari kedepan  pemerintah Rusia juga akan mengirimkan  puluhan tenaga ahli bencananya ke Indonesia,bahkan sebagian diantaranya  sudah tiba di Indonesia dan mulai menjalin kerjasamanya dengan pihak-pihak terkait.
Tragedi yang di alami Sukhoi Superjet 100 itu merupakan pukulan telak bagi industri pesawat terbang di Rusia ,karenanya Kremlin sangat serius dalam masalah tersebut.Kredibilitas Rusia dipertaruhkan dalam Sukhoi ,maka perlu dengan cepat menemukan kotak hitam untuk mengungkapkan apa yang sesungguhnya  menimpa pesawat canggih buatan Rusia tersebut.
Meskipun kotak hitam belum diketemukan,namun kelihatannya penyebab tragedi itu terjadi semakin mengarah kepada faktor kecerobohan manusia yang sering disebut Human Error,diantaranya sebagai berikut.Pertama tes uji terbang Sukhoi Superjet 100 itu juga belum mendapat ijin dari Kemenhub , namun kemudian dikatakan uji tes terbang itu sudah mendapatkan ijin dari Kemenhub,Kemenlu,dan Markas Besar TNI.
Kedua,sementara menurut anggota DPR dari Komisi V ,uji promo terbang Sukhoi Superjet 100 merupakan suatu pelanggaran terhadap UU no.1 tahun 2009 tentang penerbangan.Menurut salah seorang anggota Komisi V DPR ,Yudi Widiayama Adia,sesuai dengan pasal 38 undang-undang penerbangan semua pesawat yang akan melakukan uji terbang harus mendapatkan ijin dan sertifikasi laik terbang standart Indonesia.
Ketiga,dalam uji terbang Sukhoi yang pertama berlangsung sangat mulus,tidak terjadi apa-apa dan dengan lembut mendarat di bandara halim Perdana Kusumah.Kemudian Sukhoi Superjet 100 dalam uji terbangnya yang kedua dari Bandara halim Perdana Kusumah pukul 14.00 wib,namun pukul 14.30 wib saat melintasi Gunung Salak pada titik kordinat 064308 South -064315 East  kontaknya terputus dengan radar bandara Sukarno Hatta .
Keempat,sebagai dirilis oleh Kompas.com,Jum’at 11 Mei 2012  dalam wawancaranya dengan Deputi Senior General Manajer PT.Angkasa Pura Bandara Internasional Sukarno-Hatta, Mulya Abdi bahwa petugas pemandu lalu lintas penerbangan mengizinkan pilot Sukhoi menurunkan ketinggiannya dari 10000 kaki(3000 meter) ke 6000 kaki(1800 meter).Bahkan Mulya Abdi melanjutkan pula,bahwa minta ijin untuk melakukan orbit atau pesawat berputar kearah kanan juga di ijinkan .Akan tetapi sejurus kemudian,kontak terputus dengan pilot Sukhoi Superjet 100 ,Aleksander Yablontsev,salah seorang  pilot Rusia terbaik saat ini,ujar pemimpin Komisi khusus Rusia Yury Siyusar.
Bagi seseorang pemandu lalu lintas penerbangan tentnya sangat memahami topografi wilayah-wilayah  itu yang disana terdapat perbukitan dan beberapa  gunung yang tinggi antara  2000 sampai 3000 meter diatas permukaan laut(DPL),seperti Gunung Salak 2211 meter  DPL,Gunung Halimun 1764 meter DPL,Gunung Gede 2958 meter DPL  dan Gunung Pangrango tingginya mencapai 3018 meter DPL.
Dalam konteks ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mulya Abdi ,bahwa permintaan pilot Sukhot untuk menurunkan ketinggiannya dari 10000 kaki(3000 meter)ke 6000 kaki (1800 meter)sementara itu puing-puing pesawat Sukhoi Superjet 100 ditemukan pada tebing terjal  Gunung Salak diketinggian 5000 kaki setara dengan 1500 meter DPL Karenanya hal ini jelas merupakan sesuatu kecerobohan (Human Error) yang mestinya bisa dihindari,jika semua aturan di jalankan dengan baik dan benar. Namun demkian hasil penyelidikan masih belum diketahui,sebab KNKP dan institusi terkait-pun masih lebih fokus kepada proses evakuasi korban tragedi Gunung Salak tersebut.
Sumber : media.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar